Selasa, 01 Januari 2013

STANDAR ISI KOTAK P3K


Obat dan Peralatan P3K

Dua hal yang umumnya terdapat dalam perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) adalah peralatan dan obat-obatan.
1. Peralatan
- Buku petunjuk PPPK/P3K, termasuk buku ini perlu ada di dalamnya
- Pembalut segitiga (mitella), paling sedikit 2 buah
- Pembalut biasa ukuran 2cm, 5cm, dan 10cm
- Kasa steril 1 kotak
- Kapas putih, 50-100 gram
- Perban, 1 buah
- Plester
- Plester cepat (Tensoplast)
- Sofratulle : plester yang mengandung obat
- Bidai untuk ukuran paha dan betis
- Gunting
- Pipet : alat yang membantu mengambil atau memberikan cairan
- Kertas pembersih (cleaning tissue)
- Sabun
- Lampu senter
- Pisau lipat
- Pinset : alat yang membantu mengambil benda kecil
2. Obat-obatan
* Obat nyeri (asetosal, antalgin, parasetamol, dan lainnya)
* Obat antimules dan sakit perut lainnya ( papaverin dan lainnya)
* Norit
* Obat anti alergi (antihistamin, kortikosteroid)
* Obat tetes mata (larutan Sulfas Zincii)
* Salep mata berantibiotika
* Salep sulfa
* Salep antihistamin (anti alergi)
* Obat gosok/balsem
* Alkohol
* Larutan Rivanol 1:1000, sebanyak 500 cc
* Antiseptik lainnya (betadine,Phisohex, Dettol dan sebagainya)
* Tablet garam, misalnya garam dapur dan soda kue
* Ephedrine untuk sesak napas dan alergi
* Batadine, yaitu obat antiseptik yang dapat dipergunakan untuk melakukan desinfeksi luka dengan efektif dan juga dapat dipergunakan sebagai pengganti obat merah (Mercurochrom atau Tinktura yodium)







KOTAK P3K

Baik untuk kebutuhan di rumah ataupun untuk persiapan saat perjalanan jauh, kotak P3K 
perlu dimiliki oleh setiap keluarga. Dengan memiliki kotak P3K yang terjaga isinya, 
maka akan membantu apabila timbul keadaan darurat yang membutuhkan penanganan 
segera. Kotak P3K harus selalu tersedia di rumah & di mobil, pastikan juga untuk selalu 
membawanya saat perjalanan bersama keluarga. Pilih korak P3K yang terbuat dari bahan 
yang ringan, mudah dibawa serta memiliki ruang yang cukup untuk memuat kebutuhan 
obat-obatan. Kotak yang terbuat dari plastic sering digunakan sebagai wadah P3K.

Sebenarnya tidak ada pedoman baku mengenai barang atau obat apa saja yang harus ada 
di situ, namun daftar berikut ini bisa anda jadikan pathokan sederhana untuk mengisi 
dengan barang atau obat apa saja yang harus ada dalam kotak P3K ini.
1.  Kassa steril 
2.  Plester perekat 
3.  Perban berperekat berbagai ukuran 
4.  Perban elastis 
5.  Tissue antiseptic 
6.  Sabun 
7.  Salep/ Krim Antibiotik 
8.  Cairan Antiseptic (misalnya cairan hydrogen peroksida) 
9.  Salep/ Krim yang mengandung hidrokortison 1% 
10. Obat pereda nyeri (misalnya paracetamol/ ibuprofen) 
11. Obat-obatan resep dokter yang biasa digunakan oleh anggota keluarga 
12. Pinset 
13. Gunting tajam 
14. Peniti 
15. Lotion yang mengandung calamine 
16. Kapas beralkohol 
17. Alkohol 70% 
18. Termometer badan 
19. Sarung tangan karet 
20. Senter dengan baterai tambahan 
21. Daftar nomor telepon untuk keadaan darurat 
22. Buku petunjuk cara memberikan P3K 

Selain hal-hal diatas, kotak P3K ini juga harus diusahakan terbuat dari bahan yang 
ringan namun kuat, mudah dibawa, berwarna cerah, dan tidak gampang kemasukan air.

Ada baiknya juga jika anda paham benar tentang cara memberikan P3K yang benar. 
Akan percuma kalau anda mempunyai sarana yang bagus tapi tidak tahu teknik dasar P3K. 
Jika anda sudah memahaminya, ajaklah juga anggota keluarga yang lain untuk mempelajarinya, 
sehingga mereka tidak sepenuhnya tergantung pada anda. Kemudian, anda juga perlu 
memeriksa keadaan barang dan obat-obatan dalam kotak P3K anda itu. Jangan sampai anda 
membawa obat yang kadaluarsa.





Benda yang wajib menghuni kotak P3K antara lain:
  • Kapas putih sebanyak 10 gram yang berguna membersihkan dan mengompres luka.
  • 1 rol pembalut gulung dengan lebar 5 cm yang digunakan untuk membalut luka dan menghentikan pendarahan ringan. Selain itu juga menutup luka supaya tidak infeksi.
  • 1 buah pembalut cepat steril atau snelverband yang merupakan pembalut luka berukuran besar yang cepat dan praktis. Sudah dilengkapi dengan kain kasa penutup steril dan pita untuk menguatkan.
  • 10 buah kasa steril ukuran 5×5 sentimeter yang digunakan untuk menutup luka dari debu dan infeksi.
  • 1 rol plester ukuran 2,5 sentimeter yang digunakan untuk menutup luka secara cepat. Penggunaannya cukup dibuka kertas penutupnya lalu ditempelkan saja.
  • 10 buah plester praktis yang digunakan untuk menutup luka ringan yang kecil.
  • Gunting kecil yang merupakan peralatan wajib yang menghuni kotak P3K yang mempermudah proses pertolongan pertama. Pembalut dan plester tentu saja membutuhkan gunting untuk memotongnya. Namun selalu pastikan ketajamannya terkontrol.
Selain benda-benda diatas, ada juga obat-obatan yang menjadi penghuni wajib kotak P3K, diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Obat-obatan pengurang rasa sakit yang dapat mengurangi rasa perih yang mengganggu aktivitas setelah kecelakaan. Rasa sakit berkepanjangan buruk bagi kesehatan jiwa. Obat yang termasuk golongan ini diantaranya Panadol, Ponstan dan lain-lainnya.
  • Obat sakit perut merupakan obat untuk mengobati sakit perut yang mudah datang tanpa diduga sebelumnya. Kita bahkan seringkali tidak tahu penyebab sakit perut yang kita derita. Obat jenis ini adalah entrostop, oralit dan lain-lain.
  • Obat luka merupakan obat yang wajib ada dalam kotak P3K. Dengan obat ini anda dapat mengatasi luka yang terjadi karena kecelakaan dengan lebih cepat sehingga mengurangi resiko infeksi. Jenis obat ini adalah betadine dan obat merah. Jangan lupakan juga adanya disinfektan seperti Revanol.
  • Obat luka bakar dapat mengatasi kemungkinan kecelakaan yang berakibat luka bakar. Selain luka gores, luka bakar adalah salah satu yang paling sering. Dengan obat luka bakar, maka kita dapat mengurangi rasa nyeri yang memperparah luka bakar.
  • Obat keracunan dibutuhkan ketika mengalami kesalahan dalam mengkonsumsi sesuatu yang terkontaminasi atau mengandung sesuatu yang tidak sesuai dengan tubuh anda. Norit adalah salah satu obat yang cocok.
  • Tetes mata diperlukan untuk anda yang berada dalam perjalanan atau dalam lingkungan yang berdebu. Tetes mata dibutuhkan untuk membersihkan mata anda dari debu dan kotoran.
  • Obat gosok sangat penting bagi anda yang bisa saja tiba-tiba mual, pusing, gatal atau digigit serangga atau keseleo.
Variasi produk di pasaran sangat banyak, anda bisa memilih yang cocok dan manjur berdasarkan pengalaman anda, rekan atau saudara. Namun jangan membuat kotak P3K terlalu penuh karena itu justru akan menyulitkan anda nantinya saat membutuhkan sesuatu.





8 Kesalahan dalam Tindakan P3K


8 Kesalahan dalam Tindakan P3K

Pengertian P3K adalah bantuan yang dilakukan dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke rujukan, sedangkan Pertolongan Pertama (PP) adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera/ kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar, yaitu suatu tindakan perawatan yang didasarkan pada kaidah ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh orang awam khusus yang dilatih memberikan pertolongan pertama.

Kesalahan Yang Sering Terjadi dalam Tindakan P3K Menurut Christopher P. Holstege, M.D. yang sering kita lakukan adalah :

1. Menoreh bekas luka gigitan hewan berbisa.

Cara salah : mengakibatkan putusnya tendon, urat syaraf dan meningkatkan resiko terkena infeksi. 
Cara benar : sebaiknya cukup buat ikatan pada luka dengan disertai bidai atau ranting lalu segera bawa ke rumah sakit.

2. Mengoles mentega pada luka bakar. 

Cara salah : dapat menyulitkan tindakan lebih lanjut oleh dokter dan meeningkatkan resiko terkena infeksi pada luka bakar.
Cara benar : dinginkan luka dengan air dingin, jaga kebersihan luka, dan menutupnya dengan kain bersih. Jangan memecahkan atau mengorek bagian luka yang melepuh. Luka bakar dengan kondisi melepuh yang parah harus segera dibawa ke rumah sakit.

3. Menghentikan pendarahan dengan membuat ikatan yang bisa dikencangkan dan dilonggarkan (torniquet) diatas luka yang mengalami pendarahan.

Cara salah : bisa menyebabkan rusaknya jaringan di daerah luka dan sekitar luka. 
Cara benar : menutup luka langsung dengan kain kasa atau kain yang bersih kemudian dibalut dengan rapi dan cukup kencang. Bawa segera ke rumah sakit apabila pendarahan tidak berhenti.

4. Memberikan terapi panas pada kondisi keseleo, otot tegang, atau patah tulang.

Cara salah : dapat menyebabkan kondisi bengkak bahkan membuat proses penyembuhan menjadi makin lama. 
Cara benar : dengan meletakan es pada bagian tubuh yang keseleo, otot tegang, atau patah tulang selama 10 menit dan biarkan tanpa es selama 10 menit dan seterusnya setiap 10 menit. Lakukan hal tersebut selama 1-2 hari.

5. Memindahkan korban tabrakan dari dalam mobil ke tempat lain.

Cara salah : dapat menyebabkan luka lebih parah. Pada kasus kecelakaan sepeda motor, membuka helm korban malah berpotensi menyebabkan lumpuh atau bahkan kematian. 
Cara benar : biarkan korban hingga datangnya tim medis , hal ini dilakukan apabila kondisi mobil/ motor yang mengalami kecelakaan tersebut tidak terbakar atau kondisi berbahaya lainnya.

6. Mengucek mata ketika ada benda masuk ke mata.

Cara salah : tindakan tersebut bisa menyebabkan luka pada mata. 
Cara benar : mencuci mata melalui air yang mengalir.

7. Menggunakan air panas untuk menolong mereka yang sangat kedinginan atau tubuhnya mulai membeku. Bahkan pada kondisi dimana jari - jari sudah mulai membeku, terkadang langsung direndam pada air panas.

Cara salah : bisa menyebabkan hal yang membahayakan tubuh. 
Cara benar : cukup dengan mengunakan air yang cukup hangat atau menggunakan uap yang kering.

8. Mengosok tubuh dengan alkohol untuk mengurangi demam.

Cara salah : alkohol bisa menyerap kedalam tubuh dan menyebabkan keracunan terutama pada anak anak. 
Cara benar : gunakan acetaminophen atau ibuprofen atau segera bawa ke dokter atau rumah sakit untuk demam yang sangat tinggi .

MATERI P3K JILID 2

P3K adalah pemberian pertolongan, perawatan, atau pengobatan sementara dengan tujuan sebagi berikut :

1. Mencegah bahaya maut
2. Mecegah bahya cacat
3. Meringankan rasa sakit
4. mencegah bahaya infeksi



GANGGUAN UMUM

Gangguan umum terjadi apabila terjadi ada gangguan pernafasan , gangguan dalam peredaran darah, adanya kesadaran yang menurun.
Macam – macam gangguan umum yang dapat membawa bahaya maut adalah :

1. Lena ( Syncope / Collaps )
Lena disebabkan karena pendarahan ke otak berkurang Misalnya karena :
Emosi yang hebat
a. Rasa nyeri yang hebat
b. Berada dalam ruangan penuh tanpa udara yang segar
c. Keadaan lemah setelah menderita sakit
d. Terlalu banyak mengeluakan tenaga, keringat dan letih terutama bila perut kosong 

Gejala yang ditimbulkan pada penderita Misalnya :
a. Gejala Subjektif gejala yang hanya dirasakan oleh penderita saja antara lain :
a) Pusing
b) Mual
c) Mata berkunang – kunang
d) Telinga berdenging
e) Merasa lemas

b. Gejala Objektif gejala yang dapat dilihat dari orang lain antara lain :
a) Keluar keringat dingin 
b) Pucat 
c) Denyut nadi lemah

Pertolongannya :
 Tidurkan terlentang dengan kepala agak direndahkan 
 Longgarkan pakaian
 Beri selimut biar badan hangat kembali
 Usahan penderita mendapatkan udara segar
 Apabila sudah mendingan atau lebih sadar dapat diberi minuman hangat.

2. Shock ( gugat )

Shock adalah suatu keadaan karena kolepsnya sistem peredaran darah, jantung beserta kapilernya. Biasanya syok terjadi pada trauma yang berat dengan pendarahan atau kehilangan cairan yang banyak.
Trauma yang biasa menyebabkan Shock misalnya cedera pada tulang belakang atau reaksi alergi yang hebat. Pada keadaan Shock terjadi insufisiesi atau ketidakseimbangan suplai darah sehingga oksigen dan nutrisi ke jaringan terhambat atau berkurang. misalnya :
a. Terjadi pendarahan keluar atau kedalam
b. Luka baker yang cukup luas

Korban biasanya terlihat lemah, cemas, atau gelisah karena suplai oksigen ke otak berkurang. Denyut nadi meningkat karenakerja jantung meningkat.
Penanganan Shock sendiri sebenarnya untuk mencegah kondisi yang lebih buruk pada diri korban. Apabila korban yang Shock berat tidak cepat ditangani akan menyebabkan kematian. Korban yang ditemukan dalam keadaan Shock yang berat sebaiknya segera dievakuasi kerumah sakit terdekat.
Penanganan Shock harus dilakukan segera mungkin sebelum kita menentukan trauma yang lain, jaga suhu tubuh korban dengan cara menyelimuti korban dan menghindarkan korban dengan alas yang dingin. Pada daerah yang temperatur yang tinggi korban harus dilindungi dari sengatan panas/matahari. Korban Shock dengan penurunan kesadaran atau penurunan ambang rasa nyeri atau rasa raba harus diteliti akan kemungkinan mempunyai trauma atau cedera yang lainnya. Penanganan selanjutnya yang harus dilakukan ialah memindahkan korban dengan gerakan yang minimal untuk memperlancar peredaran darah. Baringkan korban dengan tungkai ditempatkan lebih tinggi dari kepala.

Gejalanya sebenarnya kelanjutan dari lena Misalnya :
a. Merasa mual, lemas
b. Pucat dan dingin
c. Keringat dingin tampak pada kening
d. Nadi cepat ( lebih besar dari 100 per menit )
e. Pernafasam cepat dan dangkal
f. Bila keadaan bertambah lanjut, maka penderita akan pingsan.

Pertolongannya :
 Bebaskan jalan nafas dan pertahankan keadaannya
 tentukan pendarahan bila ada, segera atasi untuk mencegah memberatnya syok
 jaga suhu tubuh
 letakkan korban dalam posisi tungkai berada lebih tinggi dari kepala untuk membantu sirkulasi darah
 hindarkan gerakan yang berlebihan terhadap korban
 cek cacat secara rutin tanda vital korban (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu jika peralatan memungkinkan)
 bila korban dalam keadaan sadar, berikan penambahan cairan dengan memberikan minum (jangan sampai tersedak), dan jaga korban bila muntah
 evakuasi korban ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.

3. Pingsan 
Pingsan adalah kelajutan dari Shock apabila tidak terjadi pertolongan atau penanganan
Pingsan disebabkan oleh :
a. Kekurangan zat asam dalam darah misalnya karena tenggelam atau kelelap dalam air
b. Kerusakan dalam otak Misalnya ; Kena pukulan pada kepala, gegar otak, perdarahan otak
c. Keracunan
d. Terlalu kepanasan atau kedinginan
e. Kehilangan banyak darah
f. Terkena aliran listrik
g. Punya penyakit : Ginjal, Ayan, Kencing manis

Gejalanya :
a. Penderita tidak manyut bila dipanggil/ ditanyatidak mengadakan reaksi terhadap rangsangan 
b. Bila dibaring penderita tidak bergerak
c. Pernafasan ada dan denyut nadi dapat diraba.


Pertolongannya :
 Baringkan penderita ketempay yang teduh dan udara yang segar
 Apabila mukanya merah Kepalanya ditinggikan, apabila mukanya pucat biarkan ia berbaring tanpa bantal
 Pakaiannya agak dilonggarkan 
 Penderita disadarkan terlebih dahulu
 Penderita diselimuti agar tidak kedinginan
 Jangan diberi makanan atau minuman terlebih dahulu
 Dampingi panderita agar lebih tenang
 Bawa ke dokter atau rumah sakit

4. Mati Suri 
Mati suri adalah suatu keadaan pingsan dimana pernafasan dan peredaran darah sudah menjadi tidak mencukupi lagi. Jadi keadaan gawat antara pingsan atau mati. Pernafasan tidak nampak denyut nadi tidak teraba, biji mata melebar dan tidak menyempit dengan penyinaran, mukanya pucat agak kebiru biruan.

Biasanya disebabkan oleh :
a. Karena tidak dapat bernafas misalnya : tenggelam, tercekik, jalan pernafasan tersumabt
b. Mengisap gas / udara beracun


Pertolongannya :
 Setelah dibaringkan terlentang, Longgarkan segala pakaian yang dapat menghambat jalan pernafasan.
 Hilangkan barang yang sekiranya dapat menyumbat jalan pernafasan
 Mulai segera memberi pernafasan buatan
 Mintakan seseorang untuk menghubungi dokter terdekat.


GANGGUAN KHUSUS

Gangguan khusus disebabkan atau terjadi karena kecelakaan. Macam – macam ganguan khusus adalah :

A. Terjerat
Cara pertolongannya, dengan tindakan P3K, yaitu :
1. Bebaskan jalan pernafasan yang tertekan dengan memotong tali penjerat leher
2. Kalau nafas tidak lancar mulai melakukan pernafasan buatan
3. Cek peredaran darah

B. Kecelakaan listrik atau tersambar petir
Cara pertolongannya, dengan tindakan P3K, yaitu
1. Putuskan aliran listrik
2. Lakukan tindakan PATUT, tangan penolong diberi lapisan kertas yang tebal atau sarung tangan, penolong berdiri diatas bahan yang kering bukan logam , misalnya kayu, selimut, karet
3. Berikan pernafasan buatan
4. Rawat luka baker


C. Tenggelam
Cara pertolongannya, dengan tindakan P3K, yaitu
1. Harus bertindak cepat ( menolong pasien yang tenggelam diharuskan orang berbakat dalam renang )
2. Lakukan tindakan PATUT
3. Lakukan pernafasan buatan
4. Lakukan pijat jantung samapi jantung berdenyut sendiri
5. Hangatkan korban


GANGGUAN LOKAL

Macam – macam gangguan local adalah :
A. Luka
B. Patah tulang
C. Terkilir
D. Keracunan





Pedoman Penolong:

Pada waktu terjadi kecelakaan, agar kita dapat merencanakan pertolongan yang akan diberikan dengan baik :

1. Besikap tenang
2. Perhatikan tempat sekitar terjadinya kecelakaan, antara lain :
3. Memperhatikan keadaaan penderita
4. Merencanakan dalam hati cara – cara pertolongan berdasarkan pokok:

Pelaku P3K adalah :
1. Penggolongan
Mereka yang terdekat pada suatu kecelakaan dapat digolongkan dalam :
a. Tenaga profesional seperti ; dokter, Perawat.
b. Tenaga semi profesional seperti KSR, PMR yang terlatih dan memiliki diplomat P3K yang masih berlaku.
c. Tenga awam 


2. Motifasi
Hendaknya tiap memberikan pertolongan didorong oleh keinginan yang luhur , artinya tidak mengahrap imbalan 

3. Sikap dan perilaku
a. Tetap tenang dengan memperhatikan suasana.
b. Kumpulkan keterangan yang perlu dengan cepat dan jelas serta lengkap.
c. Pimpin dan rencanakan penanganan sederhana tetapi tepat guna.
d. Siap melakukan tindakan sesuai prioritas dan jenis cidera.
e. Siap membawa / mengirim korban sesuai tempat pertolongan selanjutnya.


Untuk memudahkan menolong, dikembangkan akronim PATUT yang sekaligus sikap dan tindakan yang patut dikerjakan pada setiap kecelakaan, Sbb :
P = Penolongan mengamankan diringnya sendiri terlebih dahulu sebelum bertindak
A = Amankan korban dari tempat kejadian, sehingga bebas dari bahaya.
T = Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu bahwa ditempat itu ada kecelakaan .
U = Usahan segera menghubungi Ambulance, dokter, Rumah sakit atau yang berwajib ( misalkan Polisi, atau petugas keamanan setempat )
T = Tindakan pertolongan P3K terhadap korban dalam urutan yang paling tepat.

KESLAP ( Kesiapan Lapangan )

1. Menghadap dewan juri ( lari – lari kecil yang dilakukan sebelum memasuki Pos)
2. Meletakan peralatan ( Ketua memberia komando” kecuali pemegang bendera letakan semua peralatan laksanakan, kemudian semua anggota bilang siap laksanakan”.Peralatan diletakkan dibelakang barisan 3 langkah belakang)
3. Luruskan barisan ( ketua memberi komando “ luruskan barisan” )
4. Berhitung ( ketua memberi komando “ berhitung mulai””)
5. Periksa kerapian ( sebelum melakukan periksa kerapian semua anggota bersikap istirahat ditempat. Komado ini dilakukan oleh ketua, setelah itu memberi aba –aba “ periksa kerapian laksanakan. Setelah selesai posisi semuanya kembali dalam posisi istirahat ditempat. Dan ketua memberi aba –aba “ siap gerak )
6. Penghormatan ( Ketua memberi komado penghormatan “ pada dewan juri / pembina hormat gerak, setelah juri melakukan hormat dan selesai hormat maka, ketua menberi aba – aba tegak gerak )
7. Laporan ( Laporan inidilakukan ketua, dengan menghadap dewan juri, )
8. Ambil peralatan untuk diperiksa ( Ketua memberia komando” kecuali pemegang bendera ambil peralatan untuk diperiksa semua peralatan laksanakan, kemudian semua anggota bilang siap laksanakan”.Anggota mengambil peralatan yang ada dibelakang barisan dan memindahkannya kedepan barisan 3 langkah depan barisan )
9. Penghormatan ( Ketua memberi komado penghormatan “ pada dewan juri / pembina hormat gerak, setelah juri melakukan hormat dan selesai hormat maka, ketua menberi aba – aba tegak gerak )
10. Doa ( ketua memberi aba-aba kepada semua anggota” berdoa mulai, setelah itu mengucapkan doa selesai “ )
11. Ambil Peralatan ( Ketua memberia komando” kecuali pemegang bendera ambil peralatan untuk diperiksa semua peralatan laksanakan, kemudian semua anggota bilang siap laksanakan”.Anggota mengambil peralatan yang ada didepan barisan kemudian balik kanan dan kembali kebarisannya seperti semula.)
12. Meninggalkan tempat / Pos

Teknik Melewati halang rintang PP

A. Lorong sempit
a. Tandu diturunkan dulu dan diletakan ± 2M dari Ambang lorong sempit
b. Pembawa bendera memeriksa keadaan dan mengadakan penjajakan dahulu dan meletakkan benderanya setelah melewatinya
c. Setelah menjajaki dan mencoba nya sendiri, pemberi bendera memberitahukan tentang hasil penjajakannya kepada ketua
d. Pelaksanaan pertama penderita diangkat dari atas tandu oleh 3 orang penolong setelah itu penolong dalam keadaan berdiri. Penderita dirapatkan dalam keadaan miring.
e. Pembawa bendera mulai memasuki lorong empit dengan membawa tandu,setelah itu diikuti penolong yang membawa penderita. Pada waktu berjalan dilorong sempit harus dengan gerakan menyamping dan langkah para penolong harus teratur, menutup dan membuka kaki harus bersamaan
f. Kemudian diikuti anggota lainnya yang membawa peralatan TasP3K, dan lain –lain
g. Setelah melewati lorong sempit penderita dipindahkan kembali ke tandu, sejenak memeriksa keadaan penderita tandu diangkat dengan tertib dan meneruskan perjalanan

B. Pagar tembok
a. Tandu diturunkan dulu dan diletakan ± 2M dari pagar tembok
b. Pembawa bendera memeriksa keadaan dan mengadakan penjajakan dahulu dan meletakkan benderanya setelah melewatinya
c. Setelah menjajaki dan mencoba nya sendiri, pemberi bendera memberitahukan tentang hasil penjajakannya kepada ketua
d. Pelaksaan pertama tandu diangkat tingggi oleh 4 orang penolong dengan posisi mendatar, pegangan tandu depan diletakan pada pagar tembok ± 2 jengkal dari ujung pegangan
e. Pembawa bendera meloncati tembok disusul dengan 2 penolong lainnya bagian depan pengangkat tandu
f. Setelah melewatinya. 2 penolong tersebut memegang kembali ujung tandu yang diletakkan pada tembok, kedilakukan gerakan menarik dari depan dan mendorong dari belakang sampai ujung tandu paling belakang ± 2 jengkal dari ujung pegangan diletakkan pada tembok
g. Kemudian 2 penolong yang mengankat tandu bagian belakang segera meloncati pagar tembok
h. Setelah selesai kembali mengatur posisi seperti semula dalam pengangkatan tandu
i. Sejenak melakukan pemeriksaan, kemudian melajuti perjalanan


C. Gorong – gorong / Urung urung
1. Tandu diturunkan dulu dan diletakan ± 2M dari gorong – gorong
2. Pembawa bendera memeriksa keadaan dan mengadakan penjajakan dahulu dan meletakkan benderanya setelah melewatinya
3. Setelah menjajaki dan mencoba nya sendiri, pemberi bendera memberitahukan tentang hasil penjajakannya kepada ketua
4. Pelaksanaan pertama penderita diangkat dari atas tandu oleh 3 orang penolong
5. Penderita segera dibaringkan atau ditelungkupkan ( tergantung Pada keadaan lukanya ) diatas punggung salah satu penolong yang sudah dalam posisi tiarap dan siap memasuki gorong – gorong. Badan penderita disatukan dan diikat kebadab penolong
6. Pembawa bendera terlebih dahulu dengan memasuki gorong – gorong dengan membawa tandu melewati gorong, kemudian kembali lagi dengan Posisi merayap , Penolong yang membawa penderita memegang pambawa bendera kemudian dibantu dengan anggota lainya dibelakang, serta disusul oleh Anggota lannya yang membawa tas P3K dan lain – lainnya.
7. Setelah melewati semuanya, penderita segera diangkat kembali dan diletakkan ketandu
8. Sejenak melakukan pemeriksaan, kemudian melajuti perjalanan.

D. Bahaya Udara
1. Waktu mendengar tanda bahaya, segera mencari temapat yang sekiranya dianggap aman
2. Tandu penderita segera diletakkan dan para penolong segara tiarap,dan mencari tempat yang dianggap aman
3. Bagi pembawa bendera, bendera di letakkan / ditutupi pada penderita.
4. Setelah tanda bahaya usai, kembali keposisi semula dan tandu penderita diusung kembali dan melanjuti perjalanan

E. Ambulance
1. Pembawa bendera menbuka pintu belakang Ambulance
2. Tandu penderita diturunkan dan diletakkan ± 2M agak menyamping sebelah kiri atau kanan dari pintu ambulance
3. 2 Orang penolong mengeluarkan tandu khusus dari ambulance, persisi didepan ambulance
4. Penderita diangkat oleg 3 orang penolong dan dipindahkan ke tandu khusus ambulance
5. Kemudian tandu khusus tersebut diangkat oleh 4 penolong untuk dimasukkan kedalam ambulance
6. Selanjutnya tandu bawaan kosong dibawa dimasukkan kedalam ambulance bersama dengan 3 orang penolong lainnya, dan 3 orang penolong tersebut benrtindak untuk sebagai penjaga penderita
7. 2 orang lain dapat duduk didepan sebelah pengemudi
8. Pintu Ambulance ditutup dengan rapat

F. Rumah sakit
a. Cara menurunkan penderita dari ambulance
a) Pembawa bendera turun terlebih dahulu, membuka pintu belakang ambulan
b) 2 orang lainya turun dari ambulan memegangi tandu dan mebuka kunci roda tandu
c) Satu orang mengeluarkan tandu kosongdan disiapkan disamping kanan/ kiri ambulance
d) Tandu khusus penderita ditarik keluardisambut oleh 2 orang penolong, kemudian diangkat sama-sama oleh 4 penolongkemduian diletakkan sejajra dengan tandu kosong
e) Penderita diangkat oleg 3 penolong ketandu kosong
f) Dengan 4 orang pebolong tandu penderita dibawa masuk ruangan ruma sakit

b. Cara memindahkan penderita ketempat tidur
a) Swaktu penderita diangkat masuk ruangan rumah sakit , pembawa bendera melapor kepetugas poliklinik, kemudian segera mengatur dan membereskan tempat tempat tidur
b) Setelah memasuki ruangan penderita diangkat oleh 3 penolong meletakkan ketempat tidur dengan rapi dan tertib









7 PRINSIP PALANG MERAH INDONESIA


1. KEMANUSIAAN ( HUMANITY )
Ialah Memberikan pertolongan pada korban perang, kecelakaan, ataupun bencana alam, yang tujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan dan menjamin penghormatan pada manusia.

2. KESAMAAN ( IMPARTIALITY )
Ialah Tidak membedakan kebangsaan, suku, agama, kedudukan, yang tujuannya meringankan penderitaan manusia tanpa perbedaan.

3. KENETRALAN ( NEUTRALITY )
Ialah Memberikan pertolongan pada orang yang tak berdaya, walaupun yang ditolong itu adalah musuh, tidak berarti memihak, tujuan tidak memihak dari blok manapun dalam melakukan pertolongan.

4. KEMADIRIAN ( INDEPENDENCE )
Ialah bersifat merdeka. Suatu perhimpunan nasional yang membantu pemerintah untuk tugas kemanusiaan dan tunduk pada hukum negaranya masing – masing, tujuannya untuk mempertahankan otonominya agar setiap waktu dapat mempertahankan atau bertindak sesuai dengan prinsip – prinsp kepalang merahan

5. KESUKARELAAN ( VOLUNTARY SERVICE )
Ialah Bersifat suka rela, tujuannya untuk menanamkan rasa ikhlas dalam memberi pertolongan dan tidak mempunyai hasrat untuk mendapatkan keuntungan.

6. KESATUAN ( UNITY )
Ialah bersifat terbuka bagi seluruh rakyatnya dan harus melaksanakan tugas kemanusian diseluruh wilayah negaranya.

7. KESEMESTAAN ( UNIVERSALITY )
Palang Merah adalah suatu badan yang tersebar di seluruh dunia dimana perhimpunan itu mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang sama dengan kegiatan pertolongan sesamanya.

MATERI P3K


menghentikan perdarahan



PERTOLONGAN DARURAT

Jika Terjadi Kecelakaan
Jika Anda mendengar teriakan atau melihat darah, berarti ada suatu kecelakaan, dan kemungkinan ada seseorang yang terluka. Anda menyadari ia butuh pertolongan, dan Anda berada paling dekat dengannya. Sadarilah bahwa tindakan pertolongan Anda selama beberapa menit ke depan bisa menjadi penentu.

Seberapa Serius Kecelakaannya?
Jangan panik. Cobalah mengetahui seberapa serius kecelakaannya secara cepat. Ini akan mempermudah Anda dalam bertindak cepat untuk menolongnya, apa pun bentuk pertolongan yang dibutuhkannya.

Jangan PanikHal pertama yang harus Anda lakukan adalah menentukan seberapa baik Anda dapat mencegah cideranya bertambah parah. Yang paling penting sebelum melakukan penanganan adalah memindahkan korban dari tempat kecelakaan bila situasinya membahayakan. Anda harus mengetahui penyebab kecelakaan dan menghentikannya, apakah itu berupa penghentian crane, pemadaman api, atau pemindahan mesin. Maka, jangan panik, namun tetap waspada!

Pertolongan DaruratBila Anda mengetahui bahwa korban membutuhkan pertolongan secepatnya, penting bagi Anda untuk mengetahui keadaan sirkulasi saluran pernapasan:
A. Saluran pernapasan korban jangan sampai terhalang.
B. Bila korban tidak bernapas, segera lakukan pernapasan buatan.
C. Bila tidak ada denyut nadi, lakukan Resusitasi Jantung Paru-RJP (Cardio Pulmonary Resuscitation-CPR).
Untuk panduan lebih jelas, silakan lihat di Resusitasi Jantung Paru-RJP (Cardio Pulmonary Resuscitation-CPR).

Cari Bantuan Bila DiperlukanAnda harus bisa menentukan apakahAnda bisa menangani korban sendirian. Bila Anda merasa memerlukan bantuan, carilah bantuan secepatnya. Bertindaklah secara tenang sambil menilai situasi. Jangan lupa untuk melakukan pertolongan pertama secara terus­-menerus dan dampingi korban sampai bantuan datang.
Selalu simpan nomor-nomor telpon penting di tempat yang mudah dilihat.

Pertolongan Pertama Untuk Menghentikan Perdarahan

LUKA TERBUKA
Luka terbuka biasanya menyebabkan PERDARAHAN. Yang harus segera Anda lakukan adalah menghentikan perdarahan.
  • Tutup luka dengan kain bersih atau dengan tangan lalu BERIKAN TEKANAN LANGSUNG pada luka. Beri perban bila darah merembes keluar. Tetap berikan tekanan kuat sampai dokter datang. Bila memungkinkan, penolong sebaiknya memakai sarung tangan.
  • Bila perawatan darurat lainnya diperlukan, gunakan PERBAN TEKAN agar kain tidak bergeser.
    Ikat dengan kuat namun jangan terlalu ketat sehingga menutup aliran darah pada luka.

Bila tidak ada tulang yang patah, ANGKAT anggota tubuh yang terluka lebih tinggi dari jantung.
Bila tekanan pada luka dan pengangkatan tidak juga menghentikan perdarahan, lanjutkan dengan memberikan tekanan ke TITIK TEKANAN di antara jantung dan luka. Lepaskan titik tekanan tersebut bila perdarahan berhenti.

TITIK- TITIK TEKANAN
LENGAN: di bagian dalam lengan tengah di antara bahu dan siku.

KAKI: titik tengah lipatan di antara paha dan badan (penekanan urat nadi pada tulang memperlambat aliran darah).



pertolongan patah tulang



Patah tulang dapat terjadi akibat adanya cidera berat pada bagian tubuh sehingga tulang menjadi terbelah dan menimbulkan rasa sakit. Jika kita menemukan orang yangtulangnya patah sebaiknya kita harus berhati-hati jika ingin menolongnya karena jika salah maka cideranya akan bertambah parah.
Orang yang patah tulang sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, puskesmas, klinik, dokter, ahli patah tulang atau pusat kesehatan lainnya agar dapat segera diberi perawatan yang intensif agar tulang yang patah bisa berangsur-angsur pulih kembali.
Beberapa Jenis/Macam Patah Tulang Dan Cara Menyikapinya :
A. Patah Tulang Tertutup
Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak melukai/merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah tulang ini bisa menjadi terbuka jika patahan tulangnya semakin parah dan menusuk daging / kulit hingga menimbulkan luka berdarah.
- Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
- Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah.
B. Patah Tulang Terbuka
Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya membuat daging dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek terluka. Patah tulang ini harus benar-benar diwaspadai karena selain mudah infeksi karena luka menganga juga kita bisa tertular penyakit orang yang berdarah tersebut bila tidak berhati-hati.
- Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
- Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan mengikat bagian yang terluka dengan kain bersih.
- Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah atau terluka.
C. Patah Tulang Belakang / Spinal
Pada kondisi patah tulang punggung atau tulang belakang si penderita akan merasa sakit pada bagian belakang atau bagian leher. Jika demikian maka jangan menimbulkan banyak gerakan pada korban agar tidak merusak sumsum tulang belakang yang bisa mengakibatkan lumpuh permanen. Sebaiknya tunggu ambulan atau petugas medis yang berpengalaman untuk mengurus korban lebih lanjut.
- Jangan membuat pasien banyak bergerak baik berpindah tempat, mengangkat kepala, berdiri, duduk, dsb. Jika tidak mendesak jangan korban patah tulang belakang jangan dipindahkan dari tempat semula dan jaga posisi agar tetap dengan kepala lurus ke atas.
- Hangatkan badan penderita patah tulang punggung dengan selimut.
- Gunakan pengangkut dengan alas yang kuat dan keras seperti papan, meja, dll diangkut minimal dua orang agar stabil.




mengatasi asma

PERTOLONGAN PERTAMA PADA SESAK NAPAS (ASMA) TANPA OBAT

cara-cara mengatasi asma tanpa obat.
Bagi penderita yang mempunyai penyakit keturunan asma pasti akan sangat terganggu apabila penyakit tersebut tiba tiba muncul tak terduga. Sangat Penting dilakukannya pertolongan pertama ataupun pencegahan untuk mengurangi intensitas sesak napas tersebut agar tidak semakin parah.
Adapun pertolongan pertama yang dapat dilakukan kepada penderita Asma adalah sebagai berikut:
1. Pada saat Anda menemui orang yang terkena serangan asma, hendaklah cari tempat yang nyaman (bisa dibawa ke tempat tidur atau ruangan yang memungkinkan penderita dapat beristirahat dengan tenang).
2. Usahakan posisi penderita dalam keadaan setengah duduk dengan pundak bersandar pada bantal atau tembok atau apa saja. Jangan sekali-kali diposisikan dalam posisi tidur karena akan makin mempersulit penderita untuk bernafas.
3. Penting juga untuk penolong agar tidak panik. Ajak juga penderita ngobrol, hal tersebut akan membantu kepulihan penderita dan juga mengurangi kepanikan penolong.
4. Pijit pada daerah syaraf paru-paru yang terletak di atas jempol kaki (sekitar 3-5 cm), tepat di daerah ruas antara jempol dan jari telunjuk kaki. Teknik pijitnya harus secara perlahan-lahan
5. Beri penderita minum air hangat. Akan membantu menghangatkan dada penderita dan membuat lebih enak bernafas.
6. Apabila usaha diatas telah dilakukan selama 15 menit belum menunjukkan kemajuan, segeralah bawa penderita kedokter terdekat
Semoga dapat membantu, dan lekas sembuh.




tekhnik memberikan nafas buatan

Cara memberikan nafas buatan (CPR/RJP) terhadap orang pingsan sangatlah mudah

sering kali kita bingung jika kita menemukan orang pingsan, jika kita mau menolong pasti kita bertanya-tanya dalam hati , apakah yang harus di lakukan pertama kali.?????
Anda hanya perlu melakukan ABC (Airway, Breathing, Circulation) dengan baik dan benar.

AIRWAY: Bukalah jalan udara
Letakkan pasien secara terlentang pada tempat yang kokoh.
Berlututlah di dekat pipi dan bahu pasien
Bukalah jalan udara pasien dengan memiringkan kepala ke belakang-mengangkat dagu. Letakkan telapak tangan anda pada dahi pasien dan dengan halus dorong ke bawah. Lalu tangan satunya gerakkan dagu ke depan untuk membuka jalan udara.
Periksa napas normal, dalam waktu tidak lebih dari 10 detik: perhatikan gerakan dada, dengarkan bunyi napas, dan rasakan napas pasien di pipi dan telinga anda. Jangan mengira bahwa hembusan napas pasien berupa napas normal. Bila pasien tidak bernapas secara normal atau anda tidak yakin, mulailah pernapasan mulut ke mulut.


BREATHING: Bernapaslah ke pasien
Pernapasan penyelamatan dapat berupa pernapasan mulut ke mulut atau mulut ke hidung bila mulut terluka serius atau mulut tidak bisa dibuka.
Dengan jalan udara terbuka (memiringkan kepala ke belakang-mengangkat dagu), jepit hidung pasien untuk pernapasan mulut ke mulut lalu tutupi mulut pasien dengan mulut anda.
Siapkan diri anda untuk memberikan 2 napas. Berikan napas pertama (tahan selama 1 detik) lalu perhatikan apakah dada naik, Jika tidak naik maka berikan napas kedua. Jika dada tidak naik, ulangi memiringkan kepala ke belakang-mengangkat dagu, lalu berikan pernapasan kedua. Mulailah menekan dada.



CIRCULATION: Memulihkan sirkulasi darah 1. Letakkan bagian dalam salah satu tangan anda di atas bagian tengah dada pasien. Taruhlah tangan lainnya di atas tangan yang pertama. Jaga siku anda lurus dan posisi bahu anda tepat di atas tangan anda.
2. Gunakan berat badan bagian atas (tidak hanya lengan anda) ketika anda mendorong ke bawah (menekan) dada 4 –5,5 cm. Dorong kuat dan cepat-berikan dua tekanan tiap detik atau sekitar 100 tekanan tiap menit.
3. Setelah 30 tekanan, miringkan kepala ke belakang-angkat dagu untuk membuka jalan udara. Bersiaplah untuk memberikan 2 pernapasan penyelamat. Jepit ujung hidung dan berikan napas ke mulut pasien selama 1 detik. Jika dada naik berikan napas kedua. Jika tidak naik, ulangi memiringkan kepala ke belakang-mengangkat dagu dan berikan napas kedua. Itu satu siklus. Jika ada orang lain selain anda, minta orang tersebut berikan dua napas setelah anda melakukan 30 tekanan.
4. Jika pasien tidak bergerak setelah 5 siklus (sekitar 2 menit) dan sebuah automated external defibrillator (AED) tersedia, bukalah kotak dan ikuti petunjuknya. Jika anda tidak terlatih menggunakan AED, petugas gawat darurat bisa membimbing anda dalam menggunakannya. Staf terlatih pada banyak tempat umum juga banyak tersedia. Gunakan bantal anak-anak untuk anak-anak usia 1 sampai 8 tahun. Jika tidak ada gunakan bantal dewasa. Jangan gunakan AED untuk bayi yang lebih muda dari 1 tahun. Jika AED tidak tersedia ikuti langkah no.5.
5. Ulangi CPR sampai ada tanda pergerakan atau sampai personil medis gawat darurat mengambil alih.


NB : Berilah pertolongan CPR/RJP ini pada orang yang benar-benar membutuhkan.
Selamat mencoba, semoga berhasil...





cara lain membuka jalan nafas

Ada cara kedua selain jaw trust untuk membuka jalan nafas , yaitu dengan cara chin lift.
Membebaskan jalan napas pada penderita trauma yang dicurigai mengalami patah tulang leher harus selalu menjaga posisi tubuh penderita agar selalu segaris (in line). Pada tindakan membuka jalan napas secara manual, tindakan meng-ekstensikan kepala harus dihindari. Tindakan yang dapat dilakukan adalan dengan melakukan chin lift atau jaw trust.

Tindakan chin lift dilakukan dengan cara jari jemari salah satu tangan diletakan dibawah rahang, kemudian secara hati-hati diangkat keatas arah depan. Ibu jari tangan yang sama, dengan ringan menekan bibir bawah untuk membuka mulut. Ibu jari dapat juga diletakan dibelakang gigi seri bawah dan secara bersamaan mengangkat dagu dengan hati-hati.

Manuver chin lift tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher, terutama pada penderita trauma dengan kemungkinan mengalami patah tulang leher yang ditandai dengan :
  1. Adanya jejas atau perlukaan diatas klavikula
  2. Adanya trauma kepala disertai penurunan kesadaran
  3. Multiple trauma
  4. Biomekanik mendukung




cara melakukan tekhnik jaw trust

tekhnik membuka jalan nafas ada berbagai cara , ada yang khusus untuk korban yang di curigai fraktur di leher ada juga yang tidak.
Penanganan sumbatan airway karena pangkal lidah pada penderita dengan kemungkinan patah tulang leher dapat dilakukan secara manual dengan tindakan chin lift dan jaw thrust.

Tindakan jaw thrust (mendorong rahang) dilakukan dengan cara memegang sudut rahang bawah (angulus mandibulae) dan mendorong rahang bawah kedepan. keuntungan melakukan tindakan ini adalah dapat sekaligus melakukan fiksasi kepala agar selalu pada posisi segaris (in line), selain itu bila cara ini dilakukan sambil baging atau memegang bag-valve dapat dicapai kerapatan yang baik dan ventilasi yang adekuat.





tips mengevakuasi korban

Setiap TIM SAR pasti memiliki keahlian sendiri dalam mengaevakuasi korban. Bagi yang belum, pelajarilah cara-cara berikut.
 Untuk itulah diperlukan Standar / Panduan penanganan dan evakuasi korban yang berlaku bagi seluruh personel dan unit kesehatan di seluruh Kongo guna menghadapi kemungkinan terjadinya korban pertempuran, bencana alam maupun wabah penyakit.
Triage
    Triage adalah pengelompokan pasien atau korban berdasarkan kondisi klinis korban, dengan tujuan untuk menentukan prioritas penanganan dan evakuasi korban. Hal ini untuk optimalisasi penggunaan sumber-sumber daya medis yang terbatas saat kejadian dan memastikan sebanyak mungkin korban dapat diselamatkan dalam keadaan korban masal. Triage umumnya dilakukan oleh dokter atau paramedik yang berpengalaman. Kegiatan Triage ini terus dilakukan karena kondisi pasien dapat memburuk, terutama selama evakuasi. Haruslah terus dimonitor sampai tiba di fasilitas medis, juga sebelum dievakuasi untuk penanganan lebih lanjut.
a.Klasifikasi.
     Berbagai klasifikasi Triage yang berbeda telah dipergunakan oleh organisasi - organisasi pelayanan kesehatan nasional dan internasional. Pengelompokan pasien atau korban tergantung pada urgensi penanganan dan evakuasi, juga mempertimbangkan prognosisnya. Beberapa sistem berdasarkan pada skore trauma sedangkan sistem yang lain berdasarkan pertimbangan klinis. Sangatlah penting bagi unit – unit kesehatan untuk terbiasa dengan klasifikasi triage dan pemasangan label di dalam daerah misi PBB.
b. Triage Categories.
     PBB merekomendasikan menggunakan 4-category triage berdasarkan kondisi pasien dan urgensinya untuk penanganan.
1. Prioritas 1 (MERAH: Segera).
     Kategori ini merupakan prioritas tertinggi untuk penanganan atauevakuasi, seperti tindakan resusitasi segera untuk memastikan penyelamatan korban atau pasien. Contoh obstruksi jalan nafas, kegawatan pernapasan, syok dan trauma parah. Pasien – pasien pada katagori pertama dapat meninggal dalam 2 jam atau lebih cepat jika tidak ada penanganan yang tepat.
2. Prioritas 2 (KUNING: Mendesak).
     Ini meliputi kasus yang memerlukan tindakan segera, terutama kasus bedah, direkomendasikan untuk evakuasi ke fasilitas bedah dalam 6 jam dari kejadian. Contoh meliputi trauma abdomen, trauma dada tertutup tanpa ancaman asfiksia, trauma ekstremitas dan patah tulang, trauma kepala tertutup, trauma mata dan luka bakar derajad sedang.
3. Prioritas 3 (HIJAU: Tunda atau Evaluasi).
     Penanganan tidak terlalu mendesak dan dapat ditunda jika ada korban lain lebih memerlukan penanganan atau evakuasi. Contoh meliputi fraktur simple tertutup, trauma dada tertutup.
4. Prioritas 4 (HITAM: Ada harapan atau meninggal).
     Kategori ini mengacu pada korban – korban dengan trauma atau penyakit yang sangat serius sehingga kecil kemungkinan selamat atau meninggal saat datang (dead on arrival). Dengan adanya keterbatasan sumber-sumber daya medis yang ada, karena parahnya kondisi pasien, beberapa kasus prioritasnya lebih rendah untuk evakuasi atau penanganan. Contoh seperti mati batang otak dan penyakit terminal.
Penanganan dan kebijakan Evakuasi(Evacuation Policy or Holding Policy)
a. Kemampuan suatu fasilitas medis ditentukan oleh tingkat dukungan medis yang diberikan. Pada level yang lebih rendah, penekanannya pada resusitasi dan stabilisasi korban selanjutnya untuk dievakuasi ke level yang lebih tinggi. Pada cedera yang parah, tindakan definitif jarang dilakukan di level yang rendah dan diupayakan untuk segera dievakuasi.
b. Pengorganisasi sumber-sumber daya medis di dalam daerah Misi PBB ditentukan oleh kemampuan terapi dan evakuasi masing - masing level. Harus diantisipasi juga akan adanya kesulitan atau keterlambatan dalam evakuasi, level ini harus meningkatkan kemampuan terapinya. Holding Policy (juga dikenal sebagai Evacuation Policy / kebijakan evakuasi) di dalam Misi adalah sebagai keseimbangan antara kemampuan terapi setiap level dengan ketersediaan sarana evakuasi. Hal ini dicapai dengan cara menentukan waktu maksimum seorang pasien dapat dirawat pada masing – masing level.
Kebijakan evakuasi ini ditentukan oleh:
  1. Keterbatasan evakuasi disebabkan oleh tidak tersedianya sarana evakuasi, keterbatasan operasional, cuaca atau topografi.
  2. Kebutuhan akan sumber-sumber daya medis, misal ketika diperkirakan ada banyak pasien maka waktu evakuasi diperpendek.
  3. Ketersediaan sarana medis, misal sedikitnya fasilitas maka waktu evakuasi juga relatif singkat.



Evakuasi dan repatriasi Medis
a. Tanggung jawab perencanaan dan penetapan
   suatu sistem evakuasi medis yang efektif terletak pada staf perencanaan di DPKO, serta staf medis dan administrasi di dalam daerah Misi. Force Medical Officer (FmedO) mengkoordinasikan semua aktivitas evakuasi di dalam daerah Misi, dengan dukungan dari administrasi dalam Misi dan panduan dari Medical Services Division (MSD). Rincian rencana evakuasi harus dimasukkan dalam setiap Mission’s Standard Operating Procedures (SOP). Terdapat tiga kategori rujukan pasien atau korban yaitu:
  1. Evakuasi Korban (Casevac). Evakuasi korban dari lokasi kejadian ke fasilitas medis terdekat, idealnya dilakukan dalam 1 jam dari kejadian.
  2. Evakuasi Medis (Medevac). Evakuasi korban antara dua fasilitas medis, baik di dalam daerah Misi (in - teater) atau ke luar daerah Misi (out-of-theatre). Korban dapat baik kembali ke tugas (Return to duty / RTD) dalam batasan waktu yang telah ditetapkan, atau direpatriasi / dipulangkan.
  3. Repatriasi Medis. Pengembalian seorang pasien atau korban ke negara asalnya karena alasan medis.
b. Planning Determinants
   Faktor – faktor yang menentukan perencanaan.
  1. Mission Holding Policy. Seperti yang  di atas, Mission Holding Policy harus ditetapkan sejak awal suatu operasi, dimana ditentukan waktu maksimum (dalam hari) seorang pasien dapat dirawat pada setiap tingkat perawatan medik. Ini pada gilirannya akan menentukan kemampuan penanganan dan kapasitas yang diperlukan pada setiap level serta perlengkapan evakuasi pendukung yang diperlukan.
  2. Fitness for Evacuation. Kondisi klinis pasien adalah ukuran utama dalam menentukan waktu dan cara evakuasi antar level perawatan.
  3. Evacuation Time to Medical Facillity. Evakuasi harus dilakukan dalam satu waktu yang tepat, yang memungkinkan tindakan life or limb-saving secepat mungkin. Direkomendasikan bahwa evakuasi korban ke fasilitas level 2 atau 3 harus tidak lebih dari 4 jam dari waktu kejadian.
  4. Evakuasi udara. Meskipun tidak selalu mungkin, idealnya evakuasi medis dilakukan dengan helikopter khusus, tindakan awal oleh Forward Medical Team yang dilengkapi dengan peralatan dan suplai life-support. Jika tidak ada level 2 dan atau 3 di dalam daerah Misi, maka helikopter atau pesawat terbang sayap tetap harus disediakan untuk Medevac ke berbagai fasilitas medis.
c. Evakuasi Medis (Medevac)
   Medevac akan dilaksanakan jika fasilitas medis setempat tidak mampu memberikan terapi yang diperlukan. Kebijakan dan tata cara Medevac adalah sebagai berikut:
  1. Staf Internasional, Personil Militer dan sipil dapat dievakuasi dengan biaya dari Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memastikan perawatan dan tindakan lebih lanjut. Staf lokal, keluarga dan anak-anak mereka dapat dievakuasi dalam situasi darurat atau jika kondisi mengancam nyawa.
  2. Dalam situasi darurat, Chief of the MisiĆ³n atau Force Commander dapat secara langsung menyetujui evakuasi medis, setelah konsultasi dengan FMedO dan Chief Administration Officer (CAO). Tidak diperlukan persetujuan lebih dulu dari Markas Besar PBB di dalam daerah Misi .
  3. Evakuasi dapat melalui darat maupun udara dan menuju ke fasilitas medis terdekat dengan selalu memperhatikan kondisi penyakit atau luka-luka dan jenis terapi yang diperlukan .Kendaraan untuk transportasi harus diberi tanda dengan jelas yaitu Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.
  4. Pengobatan sebelum dan selama evakuasi penting untuk didokumentasikan dengan baik dan disertakan bersama pasien ke fasilitas medis selanjutnya. Sebaiknya pasien didampingi oleh dokter atau perawat yang merawat pasien tersebut.
  5. Untuk persalinan, macam-macam penyakit psikiatris yang memerlukan penyembuhan lebih lama, sebaiknya dievakuasi ke tempat untuk cuti atau repatriasi kepada negara asal.
  6. Jika suatu negara lebih menyukai evakuasi personilnya sendiri yang bertentangan dengan pendapat petugas medis yang berwenang atau FMedO, maka evakuasi ini menjadi tanggung jawab negara dan biaya dari negara yang bersangkutan.
  7. Pada kasus bukan gawat darurat, harus ada persetujuan Markas Besar PBB terlebih dahulu sebelum dilakukan Medevac. Pada kasus gawat darurat, hal ini tidak diperlukan, walaupun demikian Markas PBB diberitahukan segera setelah Medevac
  8. Setelah mempunyai sertifikat kesehatan dari dokter pemeriksa, salinan sertifikat kesehatan harus disampaikan kepada direktur, MSD, yang selanjutnya akan menyetujui atau menolak kembali ke tempat tugas. Pada kasus penyakit atau luka-luka serius, pasien tidak kembali ke tempat tugas dengan biaya PBB. Hal ini tidak berlaku pada kasus bukan gawat darurat.
d. Repatriasi Medis
    Repatriasi Medis apakah evakuasi pasien atau korban kembali ke negara asal atau Negara orang tuanya. Kebijakan dan tata cara mengenai repatriasi adalah sebagai berikut:
  1. Repatriasi dengan alasan medis berlaku bagi semua personil yang tidak mampu lagi kembali bertugas di darah misi, atau yang memerlukan penanganan yang tidak tersedia di dalam daerah Misi. Secara umum, 30 hari adalah waktu yang ditetapkan dalam Holding Policy.
  2. Repatriasi Medis adalah tanggung jawab FMedO, dengan berkoordinasi dengan Komandan Kontingen nasional serta Chief Administration Officer (CAO). Pada pasien yang direpatriasi maka perawatan medik lebih lanjut adalah satu tanggung jawab Negara yang bersangkutan.
  3. Personil Militer yang datang ke daerah Misi dalam kondisi tidak layak untuk bertugas akan dipulangkan segera dengan biaya dari Negara pengirim pasukan. Jika repatriasi diperlukan pada kondisi medis kronis yang didiagnosa atau sedang dalam terapi pada saat menjalankan tugas dalam misi, maka biaya repatriasi sudah disiapkan untuk Negara pengirim pasien.
  4. Wanita hamil direpatriasi pada akhir bulan kelima kehamilan.
  5. Semua personil dengan gejala klinis atau tanda – tanda AIDS harus segera direpatriasi.
  6. Otorisasi repatriasi harus diperoleh dari direktur, Medical Services Division / Divisi Layanan Medis. Rekomendasi tertulis harus disampaikan oleh FMedO atau dokter yang berwenang, tanpa menghiraukan apakah biaya harus ditanggung oleh PBB, pemerintah atau pribadi yang bersangkutan. Jika sudah disetujui, maka CAO akan memproses untuk menyusun repatriasi oleh Misi atau kontingen dengan biaya yang paling ekonomis.
  7. Jika mungkin, rotasi reguler atau penerbangan rutin dapat digunakan untuk repatriasi. Pembayaran uang saku perjalanan dan biaya terminal dapat disetujui jika kasusnya menjadi tanggungan PBB, dan uang saku bagasi adalah sesuai dengan rotasi personil. Jika memerlukan pendamping, maka ini dibatasi tanpa uang saku.
  8. Untuk kasus yang memerlukan repatriasi medis segera, pesawat terbang militer atau sipil dapat disewa. PBB sejak 1989 bekerja sama dengan pemerintah Swiss dalam layanan ambulance udara untuk operasi – operasi pemeliharaan perdamaian. Layanan ini disediakan oleh La Garde Aerienne Suisse de Sauvetage (REGA). REGA juga menyediakan personnel dan perlengkapan medis selama evakuasi.
  9. Manajemen korban massal dan bencana